Posted by : Viona Angelica
Sunday, 4 May 2014
An Unfulfilled Dream
"Apa yang ingin kalian lakukan!?" teriakku panik
ketika mereka melemparkanku ke sudut gudang kecil itu.
"Diam bodoh!" kata Sena, pemimpin mereka.
"Cepet! Ambil gunting!" katanya.
Rebecca, salah satu anggota 'EG' langsung mengeluarkan
gunting dari sakunya dan menyerahkannya pada Sena.
"Pegangi dia!" kata Sena sambil berdiri dan
berjalan perlahan sambil membawa gunting ke arahku.
"Plis, Sen, jangan!!" teriakku lagi.
"Berisik lo!" kata Sena sambil jongkok di depanku
dan mengarahkan gunting padaku.
Aku nggak bisa bergerak karena Rebecca dan Monica memegang
lenganku sangat kuat serta membungkam mulutku. Sebenarnya mereka tak perlu
membungkam mulutku karena tak aka nada orang yang peduli bila aku celaka.
KRESS... KRESS
Ternyata mereka memotong rambut coklatku yang panjang. Rambutku
dipotong menjadi hanya sebahu saja. Rambutku yang sudah kupanjangkan dari kecil
itu, hilang lah sudah. Aku hanya bisa menangis di sana, menangis di sudut
ruangan diiringi tawaan kejam dari mereka. Tak sampai di situ, mereka menarik
sabuk yang terikat dipinggang mereka semula dan mencambukannya padaku.
Apa salahku? Aku tidak pernah
berbuat apa-apa pada mereka. Kenapa aku dicambuk hingga kulitku merah? Sakit...
Perih sekali rasanya. Akankah aku mati saja di sini dan ber reinkarnasi menjadi
sesuatu yang lain? Yang lebih bahagia, diperdulikan, dan dihargai? Kupu-kupu
misalnya?
***
Aku berjalan menyusuri lorong sekolahku yang gelap tempat di
mana loker milikku berada. Kuambil kunci coklat tua yang sudah karatan dari
kantung rokku yang berlumuran lumpur akibat ulah Rebecca, Sena, dan Monica.
Kumasukan kunci karatan itu ke dalam lubang kunci loker yang juga karatan dan
tua. Kutarik pintu loker berwarna hijau tua berdebu itu untuk mengambil
barang-barang di lokerku.
BRAK!!! BRUK!!!
BRAK!!!
Barang-barang yang lebih tepat disebut sampah keluar
dari lokerku dan menimbun kakiku. Bukan, bukan karena aku benci barang-barangku
yang berserakkan di loker, tapi itu memang sampah, sampah bau yang diletakkan
teman, maksudku monster-monster tak berperasaan ke dalam loker milikku.
Langsung kututup loker busuk itu dan kutinggalkan
barang-barangku yang sudah bau sampah dan muntahan orang di sana. Aku pergi
dari lorong menjauhi loker paling jelek di sekolah, sekaligus loker yang selalu
bau sampah, atau singkatnya loker milikku. Aku mengangkat tasku untuk kembali
pulang.
Hidupku ini hanya dipenuhi hal-hal sialan dan bodoh!
Aku tak punya wajah cantik, kulitku gelap dan kusam, nilai-nilaiku bertambah
buruk setiap harinya, guru-guru tidak peduli padaku, teman-temanku hanya datang
padaku jika ada perlu, mereka hanya memanfaatkanku untuk sehari---tidak satu
jam saja dan jam berikutnya mereka sudah kembali menjadi monster tak
berperasaan yang selalu meletakkan sampah, muntahan, bahkan kotoran hewan ke
dalam lokerku.
Mereka selalu menyeretku bersama-sama dan mengunciku
di kamar mandi setiap hari. Terutama Rebecca, Sena, dan Monica, sekelompok
cewek-cewek cantik dan populer yang selalu menyiksaku. Setiap hari mereka
selalu memaksaku memberi mereka contekan, menyembunyikan kaca mataku, sampai
menyiramku dengan air comberan hanya untuk kesenangan.
Berkali-kali aku berharap mereka membunuhku saja
sekalian lalu aku dapat ber reinkarnasi menjadi sesuatu yang lain, dan hidup
mereka akan mereka habiskan di penjara meratapi nasib mereka.
Kubuka pintu rumahku dan masuk ke dalamnya. Kulihat
semuanya berantakan, meja, majalah-majalah, dan hal-hal lainnya semuanya
berantakan.
"Gabby! Apa yang kamu lakuin sama rambut kamu!!!"
teriak papaku ketika melihatku berjalan menuju kamar.
"Bukan Gabby...." kataku masih menangis.
"Dasar kamu anak nggak tau terima kasih! Setiap
hari kerjaannya beranteeeem terus! Rok sama baju kamu kotor semua! Bau kotoran
lagi! Nggak ada kerjaan lain apa selain berantem!?" teriak papaku lagi.
"Gabby, nggak berantem, Gabby---" kataku
terpotong oleh teriakan papaku lagi.
"Mau mbantah apalagi kamu? Dasar anak setan!
Nggak dapet pendidikan! Goblok kamu!" teriaknya lagi.
"T-tapi... G-Gabby Pa---" kataku berusaha
menjelaskan tapi suaraku terbata-bata karena menangis.
"Anak goblok!" katanya tanpa mau mendengar
penjelasanku dan langsung menampar pipiku hingga aku terjatuh.
Ia menginjakkan sepatunya ke mukaku dan meninggalkanku
tersungkur di lantai.
Sakit... Semuanya sakit, aku... Aku hanyalah sebatang
kara yang kehidupannya dipenuhi hal-hal bangsat!
Untuk apa aku hidup? Untuk apa aku mempertahankan
semua ini? Untuk apa aku masih di sini? Lebih baik aku mati, ber reinkarnasi
menjadi sesuatu yang lebih baik.
"Gabby, kamu sudah pulang Nak? Kenapa seragam
kamu kotor? Rambut kamu... Kenapa kamu potong? Kamu nggak suka?" kata
Mamaku tiba-tiba sangat panik dan melaju cepat menuju ke arahku menaiki kursi
rodanya.
"Enggak papa kok Ma, tadi aku nggak sengaja
ngebakar rambut aku, jadi aku terpaksa minta Rebecca nggunting rambutku."
kataku berusaha menyembunyikan semuanya dari mamaku yang sakit parah.
Aku tidak mau membuatnya khawatir, aku hanyalah anak
bodoh yang nggak bisa ngebahagiain mamaku, aku selalu membuat mamaku yang sudah
sakit-sakitan ini khawatir. Mamaku adalah satu-satunya orang yang perduli
padaku. Papaku setiap hari selalu memarahiku, entah karena seragamku yang kotor
karena ulah ketiga setan itu, ataupun karena nilaiku yang akhir-akhir ini tak
pernah bagus.
Aku langsung berdiri dan keluar rumah menuju ke
jembatan besar yang ada di dekat rumahku, hanya satu hal yang terpikir olehku
saat ini, yaitu bunuh diri, kupikir, ini saatnya aku menyudahi hidupku dan
berubah menjadi hal yang lain.
***
Aku menatap kembali jalan raya yang ramai penuh mobil
dari pinggir jembatan. Tidak ada yang peduli padaku jika aku melompat, tidak
ada orang yang mencegahku lompat dari sini. Aku memang orang yang nggak pantas
dicintai. Lebih baik, aku mati saja di sini, semuanya akan berakhir... Aku akan
bereinkarnasi menjadi makhluk lain yang lebih gembira.Ya, semua kesedihan ini
akan berakhir sekarang. Setelah itu aku melompat menjatuhkan diriku ke sungai dalam
di bawahku.
Aku melihat semuanya, sesaat sebelum aku terjatuh ke
sungai, sosok orang berbaju hitam terbang tepat di depanku. Aku tak tau siapa
dia, tapi, apa dia juga akan bunuh diri?
BYURR...
Aku masih bisa merasakan dinginnya air sungai yang
mengenai sekujur tubuhku, dan masuk ke pernapasanku. Napasku sesak, seluruh
badanku sakit, aku tak bisa bernapas, sesaat kemudian, semuanya menjadi hitam.
***
Tiba-tiba aku terbangun disebuah tempat sempit, gelap,
apek, dan sesak. Kenapa ini? Kenapa aku masih hidup? Kenapa aku masih bisa
berdiri? Sesaat yang lalu aku sudah tenggelam di sungai, apa aku hanya mimpi?
Namun, di mana aku sekarang? Tempat ini begitu gelap,
aku tak bisa melihat apa pun, bahkan saat kuulurkan tanganku ke segala arah,
tanganku menabrak sesuatu seperti dinding.
"Gabby, maafin kami! Kami nggak bermaksud buat
kamu bunuh diri, maaf, mulai sekarang, kita jadi temen ya?" kata Rebbeca,
Sena, dan Monica tiba-tiba muncul di depanku lalu menghilang.
"Gabby, maafin Papa yang nggak pernah mau
ndengerin ucapan kamu, maaf sampai buat kamu bunuh diri." kata papaku
tiba-tiba muncul lalu hilang seperti Rebecca, Sena dan Monica.
“Apa sebenernya ini?" teriakku sambil menitikkan
air mata setelah papaku hilang.
"Gabby, kami semua mau minta maaf sama kamu ya
selalu jahatin kamu." kata teman-teman satu kelasku beserta guruku
tiba-tiba.
"Temen-temen, apa sebenernya ini? Aku bingung, di
mana aku?" kataku masih menangis.
Mereka pun hilang... Tak ada lagi yang muncul, di mana
aku sebenarnya? Keluarin aku dari tempat sempit ini!!!
Tiba-tiba muncul orang berbaju hitam yang kulihat
sebelum aku jatuh ke sungai.
"Apa kau mau hidup lagi dan selamat dari arus
sungai deras dan melihat mereka meminta maaf padamu? Lalu kau hidup bahagia dan
menjadi cewek terpopuler di sekolah? Semua teman-temanmu minta maaf padamu dan
menganggapmu teman?" kata pria itu.
“Ya, itu yang sedang terjadi di tempat tubuhku berada
bukan? Sebentar lagi aku akan terbangun dari mimpi ini dan berjumpa dengan
mereka?” kataku senang, wajahku mulai berseri-seri. Membayangkan hidupku akan
berubah dan aku akan masuk ke kelompok cewek populer.
"Sayangnya hal tadi hanya Imajinasimu yang sangat
berlawanan dengan yang sedang terjadi di dunia. Yang sebenarnya terjadi
adalah---" pria itu menggantungkan kata-katanya.
Sena, Rebecca, dan Monica kembali muncul, namun kali
ini, mereka sedang tertawa licik dan bersenang-senang sambil
menjelek-jelekkanku.
Papaku membawa cewek-cewek nggak dikenal ke dalam
rumah dan mengunci mamaku di gudang.
Teman-teman sekelas maupun guruku tak ada yang tau
kalau aku sudah meninggal, mereka masih menjalani hidup yang sama.
Tiba-tiba semuanya menghilang.
"Jadi... Walaupun aku mati, mereka tidak
menganggapku dan tidak merasa bersalah?" kataku.
"Benar sekali." kata pria itu.
"Kalau begitu, aku ingin reinkarnasi saja menjadi
sesuatu yang lain, kupu-kupu misalnya." kataku pada pria itu.
"Reinkarnasi? Jangan bodoh! Orang yang sudah
bunuh diri, tidak akan bisa berinkarnasi, mereka akan tinggal di tempat gelap
seperti tempatmu sekarang." katanya.
"Apa? Aku harus di sini selamanya? Tidak ada
reinkarnasi?" kataku terkejut.
"Tidak, mulai detik ini, kamu harus tinggal di
sini, selamanya, sendirian.." kata pria itu terbang menjauh sampai
menghilang.
“Jadi, cita-citaku untuk bereinkarnasi hanya cita-cita
yang tak akan terjadi? Mulai sekarang aku harus tinggal di ruangan gelap ini
sendirian? A-aku mau hidup lagi! Lebih baik aku hidup sebagai sebatang kara
daripada dikunci ditempat sempit dan gelap ini! Tolong, Tuhan, siapapun
selamatkan aku dari tempat ini!” teriakku pada orang berjubah hitam itu yang
sebenarnya sudah hilang.
Namun semuanya sia-sia, tak ada yang mendengarku, tak
ada yang menolongku, aku hidup di tempat ini, tempat kosong tanpa ada apapun
sendirian.
THE END
Hello bello^^ keren ceritanyaaa :G
ReplyDeletePas awal-awal baca kirain si tokoh utamanya ntar beneran reinkarnasi jadi kupu-kupu tapi tetep aja dicuekin :| rupanya dugaanku tentang judulnya salah kaprah =)) hahaha maafkan readermu yang satu ini..
Tapi keren ceritanya! looking forward 2 reading ur other oneshots!
okee thanks wkwkk ^^
ReplyDelete